Bunuh Diri dan Fakta Mitos Lainnya Seputar Kesehatan Mental
- Aksara Teduh
- Dec 17, 2019
- 3 min read

Di luar negeri, terutama di negara maju, kesehatan mental menjadi fokus perhatian yang tidak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik. Akan tetapi, sangat disayangkan di Indonesia gangguan psikologis masih dianggap tabu. Masyarakatpun masih banyak yang belum bisa membedakan antara fakta dan mitos tentang kesehatan mental.
1. Gangguan Mental Bisa Terjadi Karena Seseorang Terlalu Lemah
Orang dengan gangguan mental tidak lemah atau memiliki kekurangan. Faktanya, gangguan mental bisa terjadi pada siapa saja, mulai dari yang ringan hingga berat. Pemicunya juga bervariasi, musalnya trauma, seperti menjadi korban bencana alam, kehilangan orang tersayang, atau masalah lainnya.
Anggapan bahwa hanya orang lemah saja yang bisa mengalami gangguan mental tentu harus dibuang jauh-jauh. Hal ini karena juga bisa memengaruhi orang dengan gangguan jiwa berat malu berobat. Meskipun seseorang selalu memiliki pikiran positif dan rajin berdoa, tidak menutup kemungkinan ia bisa juga terkena gangguan mental.
2. Perempuan Berisiko Gangguan Mental Lebih Tinggi daripada Laki-Laki
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Tun Kurniasih Bastaman mengatakan bahwa perempuan lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan dibandingkan dengan laki-laki. Budaya yang menempatkan perempuan pada posisi sulit sehingga mereka seolah tidak berdaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perempuan lebih rentan terkena gangguan jiwa ringan, seperti depresi dan cemas.
Selain itu, faktor lainnya karena adanya perubahan biologis pada tubuh perempuan. Perubahan hormonal juga memengaruhi perubahan emosional perempuan, misalnya saat menstruasi, hamil, setelah melahirkan, serta sebelum dan selama menopause. Pada perempuan, perubahan mood secara drastis (mood swing) yang biasanya terjadi sebelum mestruasi merupakan hal yang wajar. Akan tetapi, ada pula bentuk mood swing yang lebih parah saat sebelum menstruasi, yaitu Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). PMDD merupakan mood swing yang dapat terjadi meskipun menstruasi telah selesai dan dapat memengaruhi perempuan hingga mencoba bunuh diri. Selain itu, ada pula fase stres yang kemungkinan bisa dialami perempuan setelah melahirkan, yaitu baby blues dan post partum depression. Kedua fase tersebut dapat terjadi apabila seorang wanita merasa sangat belum siap untuk menjalani perannya sebagai ibu, termasuk dalam merawat bayinya.
3. Meningkatkan Tingginya Kasus Bunuh Diri
Kasus kematian akibat bunuh diri setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2009, ada kasus bunuh diri sebanyak 3.890 di Kanada yang disebabkan karena gangguan mental yang menjadi faktor risiko besar. Di Amerika Serikat, bunuh diri masuk sepuluh besar penyebab kematian pada tahun 2007. Di Indonesia, menurut data WHO tahun 2011, Indonesia berada di posisi ke-72 dengan angka kematian akibat bunuh diri.
Pada umumnya, bunuh diri terjadi pada rentang usia 15 – 29 tahun. Salah satu penyebab bunuh diri yang paling banyak karena gangguan mental dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Dari berbagai macam penyakit gangguan mental yang ada, bipolar menyumbang angka kematian lebih tinggi daripada gangguan mental lainnya, seperti skizofrenia.
4. Orang yang Datang ke Psikolog Adalah Orang Gila
“Jangan takut disebut gila bila kita datang ke psikolog.
Justru ini adalah cara supaya pikiran dan jiwa kita sehat tanpa menyimpan luka”
Menemui seorang psikolog bukan berarti kamu gila. Bukan berarti juga kamu punya penyakit mental. Kenyataannya, terkadang dalam hidup ini ada banyak hal yang tidak bisa kita pahami dengan sambil lalu. Kita butuh memahami masalah apa yang terjadi pada kita, menelaahnya dan mencarikan jalan keluar.
Datang ke psikolog adalah solusi yang tepat bila kita merasa masalah sudah semakin kompleks, karena bagaimanapun kita butuh seseorang untuk mendengarkan dan mungkin memberi saran. Seorang psikolog sudah pasti lebih paham bagaimana menjadi seorang pendengar yang baik dan netral, tidak memihak pada siapa pun. Mereka juga pasti sudah terlatih memberikan beberapa metode penyelesaian suatu permasalahan.
Reporter dan Penulis : Rahmaningrum Niananda
Comments