top of page

Babby Pane Berjuang Melawan Skizofrenia

Updated: Dec 4, 2019

“Aku halusinasi sih, yang paling mengganggu aku saat itu adalah halusinasi. Aku melihat semacam burung-burung di atas kamarku yang aku tau itu gak nyata. Kalau misalnya mengutip temanku, rasanya seperti ada satu dunia yang menyoraki aku di dalam kamarku,” ucap Babby Pane, gadis remaja penderita Skizofrenia.




Gangguan mental merupakan penyakit yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata. Dikutip dari Tirto.id, merujuk pada data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), masalah kesehatan jiwa tahun 2018 naik, dibandingkan 2013. Prevalensi orang gangguan jiwa berat (skizofrenia/psikosis) meningkat 0,03 persen. Berarti, angka pengidap gangguan jiwa dari tahun ke tahun meningkat.

Di Indonesia, masyarakat sudah lebih peduli dan mulai menyuarakan pentingnya masalah kesehatan mental. Terbukti pada Hari Kesehatan Mental Sedunia (10/10) lalu, salah satu yang menggelar aksi 40 detik adalah Universitas Gadjah Mada yang digerakkan oleh komunitas UGM Cares. Aksi 40 detik merupakan aksi yang dikampanyekan oleh World Health Organization (WHO), untuk mencegah orang-orang disekitar kita melakukan bunuh diri.


Mengenali Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik yang menimbulkan gejala kejiwaan, seperti kekacauan dalam berpikir, emosi, persepsi, dan perilaku menyimpang dengan gejala utama berupa waham (keyakinan salah), delusi (pandangan yang tidak benar), dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra)[1]. Sering mengalami delusi dan halusinasi merupakan salah satu ciri pengidap skizofrenia. Seorang penderita skizofrenia susah membedakan antara realita dan isi pikirannya sendiri yang menyebabkan kekacauan dalam proses berpikir serta perilakunya.

Arindah Arimurti, salah satu adviser Pijar Psikologi, menjelaskan hal yang menjadi ciri khas penyakit ini adalah tidak bisa membedakan antara hal yang nyata dan tidak nyata. Gejala awal skizofrenia mirip dengan gejala penyakit mental yang lain, namun menjadi puncaknya ketika seseorang itu melihat atau merasakan dengan panca inderanya yang lain sesuatu yang tidak bisa kita lihat. Pada akhirnya orang itu berbicara sendiri, atau memercayai sesuatu yang sebenarnya tidak nyata. Gejala lain dari skizofrenia adalah gelisah terus menerus dan menjadi paranoid. “Menjadi paranoid, gelisah terus menerus, kesadaran dirinya juga mulai hilang misalnya lupa mandi, lupa ganti baju, pokonya hal-hal sederhana yang harusnya biasa dilakukan,” jelas Arindah.

Gejala dari penyakit ini sangat halus, terkadang malah tidak disadari. “Orang awam biasanya tidak menyadari hal ini, kayak ‘ah, dia aneh banget sih sekarang gak mau diajak ini itu,’, atau ‘sekarang dia mudah marah-marah ya, sering ngamuk,’. Jadi orang-orang mikirnya kalo si pengidap ini aneh aja,” ucap adviser Pijar Psikologi tersebut.


Cerita penderita Skizofrenia

Babby Pane, gadis remaja penderita skizofrenia afektif tipe depresif, mengatakan jika halusinasi adalah salah satu hal yang paling mengganggunya. Jika halusinasi itu datang, yang ia lakukan hanyalah menangis, “Aku halusinasi sih, yang paling mengganggu aku saat itu adalah halusinasi. Aku melihat semacam burung-burung di atas kamarku yang aku tau itu gak nyata. Kalau misalnya mengutip temanku, rasanya seperti ada satu dunia yang menyoraki aku di dalam kamarku,” jelasnya. Ketika menyadari gangguan mental pada dirinya, Babby berkonsultasi dengan temannya dan memutuskan untuk pergi ke psikiater.

Babby menceritakan bahwa pada awalnya ia salah didiagnosa dan pernah salah minum obat dikarenakan ia takut, “Waktu ke psikiater, dokter masih gak tau apa penyebabnya yang akhirnya diagnosa pertama itu salah karena aku gak bilang jika mengalami halusinasi, padahal itu momen paling penting yang aku rasakan,” ceritanya.

Beruntungnya, keluarga Babby sudah tidak awam lagi dan lebih aware dengan masalah kesehatan mental yang dialaminya. Beberapa anggota keluarganya juga pengidap skizofrenia dan sudah menyadari jika penyakit mental ini bukan merupakan hal aneh dan harus disembuhkan. Begitu pula dengan lingkungan pertemanannya yang merespons dengan baik. “Aku sempet cuti satu bulan karena penyakitku ini, dan teman-temanku bertanya aku ke mana. Aku cukup terbuka dengan teman-temanku, dan pengetahuan mereka tentang penyakit mental sudah cukup baik, jadi mereka gak kaget pas aku sakit,” ucapnya sambil tersenyum.

Cara Babby mendistraksi halusinasi yang datang adalah dengan membaca buku, mendengarkan lagu, ataupun pergi bersosialisasi dengan teman-temannya. Gadis ini mengatakan bahwa ia juga merupakan pengguna media sosial seperti twitter dan instagram. Menurutnya, advokasi kesehatan mental lewat media baru ini sangat membantunya, apalagi isu kesehatan mental di Indonesia masih cukup tabu. Ia sangat mendukung akun-akun influencer atau orang yang punya keahlian di bidang psikologi yang menyuarakan tentang isu kesehatan mental. “Nah, advokasi kesehatan mental ini meningkatkan awareness di masyarakat dan membuat masyarakat terbiasa. Aku sangat mendukung mereka,” imbuhnya.

Beberapa media-media baru yang mengadvokasikan tentang kesehatan mental ini sering membuat kutipan-kutipan tentang hal-hal kecil dalam kegiatan sehari-hari. Salah satunya kutipan akun @nkcthi, “Berapa kali kita berpesan ‘Jangan sedih’, ‘Jangan takut’, ‘Jangan ngeluh’. Berapa kali kita paksakan untuk tidak merasakan seperti manusia?”.

“Membaca hal-hal kayak gitu karena itu hal-hal kecil atau hal sederhana untuk dilakukan hingga membantu aku untuk berpikiran lebih positif,” ungkap Babby.

“Tidak apa-apa. Sangat wajar buat kita merasa lelah, di dunia yang sangat amat menuntut kita untuk banyak hal,” – Babby Pane, penderita Skizofrenia.


[1] dikutip dari Jurnal berjudul METODE PENYEMBUHAN PENDERITA SKIZOFRENIA OLEH MANTRI DALAM PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL oleh Pairan, Akhmad Munif Mubarok, Ekananda Novianta Nugraha.

Reporter & Penulis : Baby Brissa Chantika

Comments


About aksara teduh

  aksara teduh adalah sebuah blog yang mengangkat mengenai permasalahan Mental Health dan sebagai sarana mewadahi tulisan para penulis yang punya energi serta kreativitas berlebih. Merupakan media alternatif dengan konten segar dan menghibur, serta menarik untuk anak muda. Media untuk bercerita dan memberikan informasi khusus tentang dunia Psikologi.

Contact
 

aksara teduh beroperasi di Indonesia di bawah naungan PT. Cerdas Istimewa Indonesia

Jl. Babarsari Jl. Tambak Bayan No.2, Janti, Caturtunggal

Kec. Depok, Kabupaten Sleman

Daerah Istimewa Yogyakarta

55281

Tel: 0811-1260-162

 contact :

081392007543 (WA)

aksarateduh@gmail.com

@aksarateduh (twitter)

@aksarateduh_ (instagram)

© 2023 Proudly created aksara teduh

Success! Message received.

bottom of page